Friday, April 19, 2013

Fanny Evert van Lesar [1959 - 2012]





 
Fanny Lesar [kiri atas] bersama PANTHERA Group- Jakarta, terdiri atas;
Fanny Lesar, Charles Tumetel, Mauritz Tumandung
Tommy Tamburian, Nico Songkiling dan Robby Tampemawa.

Berdirinya group kolintang Panthera berawal ketika satu per satu grup kolintang yang ada di Jakarta tergerus, terpuruk bahkan mati ditelan waktu, seperti Grup Kolintang: Tareuman, Sumonder, Makalelon, Junior, Likri, Kosgoro, Toulour, Satoro, Rupata. Pada akhirnya, para pemain2 kolintang beralih profesi dan mencari kehidupan lain diluar kolintang dan sebagian  seringkali bertemu di Sekretariat Ikatan Pelatih Musik Kolintang (IPMKJ). Dari situlah awal pertemuan dan kesepakatan membentuk gup kolintang baru. Fanny dari Yasmi Music School, Charles Tumetel - Junior/Scorpio, Tommy Tamburian - Rupata, Nico Songkiling - Kadoodan Jr., Roby Tampewawa dari Surabaya dan Mauritz Tumandung baru hijrah dari Bitung - Sulawesi Utara. Dengan latar belakang musik dan pengalaman berkolintang para pemain Panthera cukup mengguncang dan mengejutkan grup2 kolintang yang masih bertahan. Kemunculannya yang langsung teruji dengan menyabet Juara Umum - Lomba Musik Kolintang yand di selenggarakan oleh Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) di Jakarta. Ternyata inilah awal dan akhir perjalanan panjang seorang pemusik besar seperti Fanny Lesar, kenangan indah itu membuahkan nama baik dan menjadi contoh dan teladan berprofesi yang kini dikenal sebagai Bapak Standarisasi Peralatan Musik Kolintang, Evert (Fanny) van Lesar.



Fanny Evert Van Lesar  [21 Oktober 1958 - 18 Oktober 2012]

Bermain musik sejak usia 5 tahun dibimbing langsung oleh sang ayah O.N Lesar. Bermain kolintang dengan grup orkes kolintang Esa Rendem, Tondano 1967 s/d 1969. Gejolak musiknya sangat menggelorah didada dengan komitmen, maka berangkatlah ia ke Jakarta memperdalam ilmu musiknya khususnya Gitar Rock dan Classic di YASMI (Yayasan Musik Indonesia) - Jakarta 1970 – 1974. Dan dipercayakan mengajar ditempat yang sama.
1975 - 1977 - Di Jakarta mengajar di Yasmi Music School Pusat,
1977 - Di Makassar, mendirikan Sekolah Musik Merkurius,
1978 - 1984 - Mengajar di Sekolah Musik Vidi Vici, pimp. Ully Sigar Rosadi,
1980 - Kepala Sekolah Yasmi Nusantara, Jakarta Timur,
1980 - Mendirikan Sekolah Musik & Kolintang - Yasmi, Jakarta Pusat,
1982 - Direktur Pendidikan, Yasmi Music School, Jakarta Pusat,
1985 - Pimpinan Pus-Lit-Bang, Ikatan Pelatih Musik Kolintang Jakarta (IPMKJ)
1989 - Kepala Sekolah, Yasmi Music School, Depok,
1997 - Mengajar Gitar klasik, Elektrik dan Bass di Jim’s Music School, Kelapa Gading - Jakarta
1999 - Direktur Pendidikan di City Music School Lippo - Cikarang,
2006 - Mengajar Teknik Vocal di Sekolah Musik - Jimmy Manoppo Music School,
2007 - Mengajar Vocal di Chicha Music School,

Pendalaman Musik pada:

Bapak Binsar Sitompul (Teknik, teknik Paduan Suara),
Bapak Buby Chen (Musik Jazz),
Bapak Jack Lesmana (electric Guitar,Bass Guitar,Jazz),
Mr.K.  Tadashi – Japan (Classic Guitar),
Mr.J.P. Jumez – Perancis (Guitar),
Mrs.Valentino- Rusia (Music Theory, System the Royal Music School - London),
Mrs.J P Jumez- Perancis (Teknik Vocal dan Opera Style),
Profesor Musik Mr. Rainer Wild – Jerman (Classic Guitar),
Profesor Mr.John Howard – London (London College of Music Exam's: Perkusi Tahapan tinggi),
Profesor Musik Mr.Goeff Crispin- London (Thames Valley University London; Teknik – Silophone).




Penghargaan dari:
- Juri Teladan dari Badan Koordinasi Kesenian Nasional (BKKNI), DKI Jakarta
- Pengamat Musik Kolintang Teladan dari Dinas P dan K - Propinsi.Jawa Timur,
- Pelopor Metode Teladan & Penata musik terbaik dalam lomba musik kolintang dari (BKKNI)
- Tim Penyusun Standarisasi Alat musik Kolintang dari Badan Koordinasi Kesenian Nasional,
- Pemenang Lomba Cipta Lagu Hymne dan Mars Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK),
- Juri Group Kolintang Golden Prime dari Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya Republik Indonesia,
- Certifikat ISO 9002: Techical Expert for Quality System,
- Certifikat ISO 9002 of  PT.Yamaha Music Manufacturing.
- Organisasi Seni: Ketua Bidang Penjurian HIGRO Musical Jaya,
- Ketua Bidang Pusat Penelitian, Pengembangan, Penjurian dan Pendidikan IPMKJ,
- Ketua Bidang Penjurian, Pendidikan, Pengembangan BKPMK,
- Ketua IPMKJ periode 2000 – 2003,
- Group Kolintang Panthera,
- Anggota BP- IPMKJ, Komposer, Arranger Musik Kolintang
- Pelatih Paduan Suara, Penulis naskah teater (etnik Minahasa), Sutradara teater, Penulis buku musik,
  Penyusun kurikulum dibeberapa sekolah musik, Menulis buku kolintang, Konsultan musik dan,
- Terakhir sebelum tutup usia menjabat sebagai Direktur Seni Budaya Institut Musik Kolintang
  Sanggar BAPONTAR pimpinan Beiby Sumanti..

Evert van Lesar biasa dipanggil Fanny adalah seniman musik dengan dedikasi serta ketekunan yang luarbiasa. Kontribusinya sangat besar dalam pengembangan musik kolintang. Fannylah yang berperan sentral dalam standardisasi (termasuk nomenklatur) musik tradisional kebanggaan budaya Tou-Minahasa tersebut.
Melalui Badan Koordinasi Pembinaan Musik Kolintang (BKPMK) Jakarta, Institut Seni Budaya Sulawesi Utara pimpinan Dr. Benny J.Mamoto MSi, dan lembaga musik lainnya, Fanny aktif dalam setiap penelitian dan forum ilmiah mengenai pembahasan musik kolintang. Kesenimanan Fanny Lesar memang total; inilah yang berekses, dimana pada suatu periode masa tertentu ia menjalani pola hidup yang tidak memperhatikan soal kesehatan fisiknya sendiri, dedikasinya focus untuk kolintang sehingga berakibat ia mengidap beberapa penyakit serius dalam usia yang kendati masih terbilang muda. Sementara integritas kepribadian sang seniman yang tak kenal kompromi, di tengah kultur sosial yang makin serba komersial dan trans-saksional, telah makin membuat dirinya terpencil, dipencilkan, dan bahkan memencil diri.

Fanny Lesar boleh dibilang baru 'hidup kembali' dalam kiprah musik kolintangnya atas jasa maecenas Beiby Sumanti-Rumbayan melalui Sanggar Bapontar. Fanny pun menuangkan karya-karya pemikiran strategis dan teknisnya melalui sanggar seni yang antaranya mengelola group musik kolintang. Di sinilah pula ia ikut memperkuat dan membintangi film "Kolintang Never Die" produksi BapontarFilm yang disutradarai Revo Rurut berdasar skenario Yoyo Bassman dan Dadang S.Manaf.

Kini Fanny telah pergi. Tetapi buah cipta karya-karyanya tetap bersama kita semua, mengawal terus perjalanan peradaban kita. Kolintang memang tak akan pernah mati. Sungguh tepatlah sebuah adagium dalam bahasa Latin yang sangat terkenal: Ars Longa Vita Brevis! Kehidupan karya seni memang panjang, hidup sang senimanlah yang pendek.

Selamat beristirahat, Fan. [Benni E.Matindas]

1 comment:

Kota Tondano

Kota Tondano merupakan ibukota Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Kota Tondano meliputi empat dari 19 kecamatan yang ada di Kab...